JAGUAR33.NEWS
DARI INTERNATIONAL SPACE STATION
Teleskop Luar Angkasa James Webb: Titik putih terang yg ada tajem2nya adalah bintang, selain itu... Galaksi.
X : Semesta Sain
JAGUAR33 : SITUS SLOT GACOR TERBAIK DI INDONESIA
JAGUAR33.NEWS
DARI INTERNATIONAL SPACE STATION
Eridu (sekarang Abu Shahrein, Irak) dianggap sebagai kota pertama di dunia oleh bangsa Sumeria kuno. Eridu juga merupakan salah satu reruntuhan tertua dari Mesopotamia. Kota kuno ini dibangun pada sekitar tahun 5400 SM. Eridu dianggap dibangun oleh para dewa yang menciptakan ketertiban di bumi dengan Eridu sebagai titik awalnya.
Kota ini merupakan rumah bagi dewa agung Enki (juga dikenal sebagai Ea oleh bangsa Akkadia). Dewa Enki kemudian berkembang dari dewa air tawar setempat menjadi dewa kebijaksanaan dan sihir. Ia berdiri bersama dewa-dewa lain seperti Anu, Enlil, dan Inanna sebagai yang terpenting dalam Panteon Mesopotamia.
Sebagai kediaman Enki, kota ini dikaitkan dengan banyak mitos terpenting Mesopotamia. “Termasuk mitos tentang surga di bumi pada masa lampau,” tulis Joshua J. Mark di laman World History Encyclopedia.
The Sumerian King List menyebut Eridu sebagai “kota raja-raja pertama”. Dalam daftar tersebut tertulis, “Setelah kerajaan turun dari surga, kerajaan berada di Eridu”.
Eridu dipandang kembali oleh berbagai negara-kota Mesopotamia sebagai kota metropolitan 'zaman keemasan'. Kota itu ditinggalkan sekitar tahun 600 SM, mungkin karena penggunaan lahan yang berlebihan, dan runtuh.
Kota pertama dalam sejarah dunia
Kota Eridu menonjol dalam mitologi Sumeria sebagai kota pertama dan rumah para dewa. Selain itu, kota ini juga jadi tempat yang dikunjungi dewi Innana untuk menerima hadiah peradaban. Hadiah peradaban itu kemudian ia berikan kepada manusia dari kota asalnya Uruk. Uruk bersaing dengan Eridu untuk mendapatkan kehormatan sebagai kota tertua di Mesopotamia atau bahkan yang tertua di dunia.
Orang-orang kuno tentu saja percaya bahwa Eridu adalah kota pertama. The Sumerian King List memberikan masa pemerintahan yang sangat panjang (beberapa di antaranya antara 28.000-36.000 tahun) bagi raja-raja mereka. Para penulis Sumeria menyatakan bahwa kerajaan di negeri itu pertama kali datang dari surga untuk didirikan di Eridu.
Stephen Bertman, pengajar di University of Windsor, menulis:
“Tradisi menjadikannya kota paling awal yang memiliki raja sebelum zaman Banjir Besar yang mistis. Kisah arkeologi Eridu dapat ditelusuri kembali setidaknya hingga milenium keenam SM. Jika tradisi tentang kekunoannya benar, Eridu mungkin merupakan kota pertama di Bumi.”
Jika bukan yang pertama, kota itu termasuk yang tertua dalam sejarah dunia. Orang-orang Mesopotamia kuno sering membangun kota-kota mereka di atas reruntuhan permukiman yang lebih tua (seperti juga budaya lain). Penggalian di Eridu telah mengungkap serangkaian pembangunan yang dimulai sejak Periode Ubaid (sekitar 5000-4100 SM). Dan berlanjut hingga mencapai puncaknya selama Periode Ur III (2047-1750 SM) di bawah penguasa seperti Ur-Nammu (memerintah 2047-2030 SM) dan Shulgi dari Ur (memerintah 2029-1982 SM).
Ur-Nammu dan Shulgi dari Ur mendorong perdagangan dari kota tersebut, baik jarak jauh maupun lokal. “Kaca dari Eridu telah ditemukan di reruntuhan kota-kota Mesir,” Mark menambahkan.
Namun, pada saat yang sama, kota itu tidak pernah menjadi tempat politik yang kuat. Cendekiawan Gwendolyn Leick mencatat bagaimana Eridu tidak pernah menjadi tempat kedudukan dinasti. Kepentingannya lebih bersifat religius alih-alih politis, sebagai tempat tempat suci utama Enki.
Enki, dewa kebijaksanaan, ditampilkan secara menonjol dalam banyak teks Mesopotamia. Dan khususnya dalam kisah Banjir Besar sebagaimana diceritakan dalam Atrahasis dan Kejadian Eridu.
Eridu, sebagaimana dicatat, adalah rumah Enki dan pusat pemujaannya. Bertman mengomentari reruntuhan kuil Enki:
“Kuil dewa tersebut telah ditemukan dan menunjukkan bahwa kuil tersebut dibangun kembali selama ribuan tahun. Pada tahap awalnya (berasal dari sekitar 5500 SM), kuil tersebut berukuran sekitar 3,7 meter kali 1,5 meter, terbuat dari batu bata lumpur. Kuil memiliki podium atau altar sederhana untuk persembahan. Juga memiliki ceruk yang dimaksudkan untuk menampung patung dewa. Tulang ikan dan abu yang berserakan di lantai di sekitar altar. Dapat disimpulkan bahwa makanan favorit dewa adalah ikan air tawar. Kekunoan kuil ini menjadikannya kuil tertua dalam sejarah arsitektur dan agama Mesopotamia.”
Enki dikaitkan dengan air tawar, seperti halnya Eridu sendiri karena terletak di rawa-rawa selatan Sungai Efrat. Jadi tidak mengherankan bahwa Enki dan Eridu sama-sama muncul dalam kisah Banjir Besar paling awal.
Kitab Kejadian Eridu (disusun sekitar tahun 2300 SM) adalah deskripsi paling awal tentang Banjir Besar. Kisah ini juga merupakan kisah tentang orang baik Utnapishtim (juga dikenal sebagai Atrahasis atau Ziusudra) yang membangun perahu besar atas kehendak para dewa. Mereka mengumpulkan ‘benih kehidupan’ di dalamnya atas saran Enki.
Enki berperan penting dalam penciptaan manusia. Ketika Enlil, raja para Dewa, bosan dengan kebisingan manusia dan memutuskan untuk menghancurkan mereka, Enki-lah yang melestarikan kehidupan di Bumi. Caranya adalah dengan menyelamatkan Utnapishtim dan kehidupan di Bumi.
Kitab Kejadian Eridu mungkin merupakan catatan tertulis pertama dari tradisi lisan yang panjang pada masa sekitar 2800 SM. Saat itu, Efrat meluap tinggi di atas tepiannya dan membanjiri wilayah tersebut. Leonard Wooley melakukan penggalian di Ur pada tahun 1922. Penggalian itu mengungkap lapisan lumpur dan tanah liat setinggi 2,4 meter, yang sesuai dengan sedimen Efrat. Penemuan itu tampaknya mendukung klaim banjir dahsyat di wilayah tersebut sekitar tahun 2800 SM.
Namun, catatan penggalian oleh asisten Wooley, Max Mallowan, menunjukkan bahwa peristiwa tersebut merupakan peristiwa lokal, bukan global.
Eridu juga dikaitkan dengan kisah tentang Adapa (putra Enki), yang diinisiasi ke dalam makna hidup dan semua pemahaman oleh dewa kebijaksanaan. Namun akhirnya ditipu olehnya dan ditolak satu hal yang paling diinginkannya: pengetahuan tentang kehidupan tanpa kematian, untuk hidup selamanya.
Keinginan untuk keabadian ditampilkan secara menonjol dalam literatur Mesopotamia, dan tulisan-tulisan Sumeria secara khusus. Juga dilambangkan dalam kisah Gilgamesh dari Uruk.
Hubungan Uruk dengan Eridu penting karena pentingnya Eridu pada awalnya kemudian dikalahkan oleh kebangkitan Uruk. Pengalihan kekuasaan dan prestise ini dianggap sebagai awal mula urbanisasi di Mesopotamia. Juga awal dari pergeseran signifikan dari model kehidupan agraris pedesaan ke model yang berpusat pada perkotaan. Kisah dewi Uruk mengambil meh (hadiah peradaban) suci dari Enki, dewa Eridu, melambangkan pergeseran paradigma budaya Sumeria. Pusat perdagangan Uruk yang makmur menggantikan Eridu yang pedesaan.
Eridu ditinggalkan oleh penghuninya
Meskipun demikian, Eridu merupakan pusat penting untuk perdagangan dan agama. Di masa keemasannya, Eridu merupakan wadah peleburan budaya dan keragaman yang hebat. Hal ini dibuktikan oleh berbagai bentuk kesenian yang ditemukan di antara reruntuhan.
Di bawah pemerintahan Ur-Nammu dan Shulgi, kota ini makmur. Bertman menulis, “Warga Eridu kuno bangga dengan bangunan lain. Seperti ziggurat perkasa yang didedikasikan sekitar tahun 2100 SM oleh Ur-Nammu, raja Ur, dan putranya. Platformnya yang terkikis hanya berdiri sekitar 9 meter saat ini. Dasarnya terbuat dari batu bata yang dipanggang dalam oven berukuran lebih dari 45 x 60 meter.
Ziggurat besar Amar-Suen (memerintah 1982-1973 SM), putra Shulgi dari Ur, di pusat kota telah dikaitkan dengan Menara Babel.
Lebih jauh, sejarawan Babilonia Berossus (memerintah sekitar 200 SM), tampaknya dengan jelas merujuk kepada Eridu ketika ia menulis tentang 'Babel' sebagai `Babilonia'. 'Babel'-nya berada di rawa-rawa selatan Efrat dan dilindungi oleh dewa kebijaksanaan dan air tawar. Hubungan ini sangat menunjukkan bahwa Eridu adalah Babel asli dalam Alkitab. Pasalnya, kisah Ziggurat Amar-Suen yang agung kemungkinan besar diwariskan secara lisan sebelum Berossus menuliskan bangunan legendaris itu
Eridu ditinggalkan secara berkala selama bertahun-tahun karena alasan yang masih belum jelas. Dan akhirnya, kota pertama dalam sejarah dunia itu ditinggalkan sepenuhnya sekitar tahun 600 SM. Penyebabnya kemungkinan besar adalah penggunaan lahan yang berlebihan.
Sarjana Lewis Mumford menunjukkan bahwa sebuah kota akan menurun ketika tidak lagi dalam hubungan simbiosis dengan tanah di sekitarnya. Tidak diragukan lagi inilah yang meruntuhkan banyak kota-kota besar Mesopotamia yang tidak hancur dalam penaklukan.
Sebagai pusat keagamaan dan perdagangan yang populer, Eridu tidak diragukan lagi menarik banyak orang sebagai peziarah dan pedagang. Pengurasan sumber daya di sekitarnya bisa jadi cukup signifikan. Dan akhirnya, pengurasan sumber daya itu terlalu berat bagi penduduk untuk menanggungnya. Ada kemungkinan bahwa Eridu ditinggalkan secara berkala untuk memungkinkan tanahnya pulih.
Apa pun alasan ditinggalkannya, reruntuhan Eridu saat ini sebagian besar adalah bukit pasir yang tersapu angin. Sangat sedikit yang tersisa sekarang untuk mengingatkan kita pada kota yang dulunya perkasa. Kota kuno yang dianggap didirikan dan dicintai oleh para dewa.
Setelah Perang Dunia II berakhir, Amerika Serikat menjalankan operasi rahasia bernama Operation Paperclip, sebuah program kontroversial dalam sejarah yang merekrut ratusan ilmuwan Nazi untuk bekerja di dalam negeri.
Mereka bukan sekadar ilmuwan biasa, melainkan tokoh kunci dalam pengembangan senjata, roket, hingga teknologi militer Nazi Jerman. Dengan dalih demi kemenangan dalam Perang Dingin melawan Uni Soviet, AS menutup mata terhadap masa lalu kelam mereka dan menyambut mereka sebagai aset strategis.
Di sinilah sejarah moral menjadi abu-abu, ketika sains, kekuasaan, dan politik bertemu dalam satu persimpangan gelap.
Apa Itu Operasi Paperclip?
Pada musim semi tahun 1945, pasukan Sekutu semakin mendekati jantung kekuasaan Nazi Jerman. Akhir Perang Dunia II di Eropa sudah di depan mata. Di tengah situasi itu, para pejabat Amerika mulai menyusun rencana untuk dunia pascaperang—termasuk upaya merekrut ilmuwan-ilmuwan terbaik Jerman guna mendorong kemajuan teknologi Amerika Serikat.
Amerika, di satu sisi, kagum, namun juga gentar terhadap keunggulan teknologi militer Jerman selama perang. Mereka khawatir dengan kemungkinan munculnya Wunderwaffen (senjata ajaib) generasi baru, terutama setelah mendengar laporan mengenai senjata mematikan seperti rudal jelajah V-1 dan roket V-2 yang sangat presisi.
Ketika ketegangan Perang Dingin mulai memanas, kekhawatiran terbesar Amerika adalah jika ilmuwan-ilmuwan Jerman justru direkrut oleh Prancis atau Uni Soviet.
“Amerika Serikat harus mencegah ilmuwan Jerman jatuh ke tangan Soviet dengan menahan mereka di AS,” kata Brian Crim, profesor sejarah di University of Lynchburg dan penulis buku Our Germans: Project Paperclip and the National Security State.
Maka, para ilmuwan yang sebelumnya bekerja untuk Partai Nazi pun dibujuk dengan janji kontrak kerja dan kehidupan baru di Amerika.
Operasi Paperclip—yang kadang juga disebut sebagai Project Paperclip—dipimpin oleh Joint Intelligence Objectives Agency.
Tujuannya adalah memanfaatkan keahlian teknologi para ilmuwan tersebut untuk mengembangkan program dirgantara, militer, dan luar angkasa Amerika. Secara resmi, operasi ini berlangsung hingga tahun 1947, namun inisiatif serupa terus berlanjut hingga 1962.
Melalui program ini, sekitar 1.500 ilmuwan dari Jerman dan Austria dibawa ke Amerika, dan sebagian besar dari mereka akhirnya menjadi warga negara AS.
Dalam memilih ilmuwan mana yang akan direkrut, pejabat Amerika menggunakan daftar berisi 15.000 nama yang sebelumnya disusun oleh insinyur Jerman bernama Werner Osenberg selama masa perang. Saat pasukan Sekutu mulai menyerbu pada tahun 1945, para pejabat Jerman panik.
Mereka merobek dokumen milik Osenberg dan berusaha membuangnya ke toilet di Universitas Bonn. Beruntung, dokumen-dokumen yang nyaris hancur itu berhasil diselamatkan, dan kemudian menjadi dasar bagi Amerika dalam menentukan siapa saja ilmuwan yang akan direkrut.
Kenapa Disebut Operasi Paperclip?
Nama program ini berasal dari penggunaan paperclip (penjepit kertas) sebagai penanda khusus pada dokumen para kandidat ilmuwan. Dalam bukunya The Nazis Next Door: How America Became a Safe Haven for Hitler's Men, jurnalis Eric Lichtblau menjelaskan bahwa para perekrut memeriksa latar belakang para ilmuwan untuk mengetahui apakah mereka masih menjadi anggota Partai Nazi atau setidaknya memiliki afiliasi terhadap ideologi Nazi—meskipun secara resmi ini hanyalah formalitas belaka.
Menurut sejarawan Brian Crim, pejabat Amerika “menjepitkan paperclip di bagian atas berkas keamanan milik ilmuwan yang mereka minati.”
Tujuannya adalah memberi sinyal kepada penyelidik agar tidak terlalu mendalami rekam jejak para ilmuwan tersebut. “Sebagian besar dari mereka memang anggota Partai Nazi atau terlibat dalam organisasi terlarang seperti Schutzstaffel (SS),” jelas Crim. “Paperclip itu pada dasarnya mengatakan, ‘Jangan telisik terlalu jauh—orang ini milik kita.’”
Meskipun tak ada lembaga resmi Amerika yang secara terbuka menjelaskan proses penyaringan ilmuwan dalam Operasi Paperclip, sejumlah jurnalis dan ilmuwan independen kemudian mengungkap fakta-fakta kontroversial mengenai latar belakang beberapa ilmuwan yang terlibat dalam program ini.
Peran Operasi Paperclip dalam Perlombaan Luar Angkasa
Pada 1950–1960-an, program luar angkasa Amerika berkembang pesat seiring meningkatnya persaingan dengan Uni Soviet dalam ambisi menaklukkan Bulan. Beberapa ilmuwan hasil rekrutmen Operasi Paperclip memainkan peran penting dalam mendukung Amerika dalam apa yang disebut sebagai perlombaan luar angkasa.
Salah satu tokohnya adalah ilmuwan Jerman Wernher von Braun. Di Jerman, ia dikenal sebagai pencipta roket V-2—rudal balistik jarak jauh pertama di dunia. Namun, von Braun juga pernah menjabat sebagai perwira di SS, organisasi paramiliter elite yang setia kepada Partai Nazi.
Setelah dibawa ke Amerika, ia pertama kali ditempatkan di Fort Bliss, Texas, lalu pindah ke Huntsville, Alabama, bersama timnya. Mereka mengembangkan berbagai roket dan rudal untuk militer Amerika sebelum akhirnya bergabung dengan NASA pada tahun 1960. Di sana, von Braun menjadi tokoh utama dalam pengembangan program antariksa, serta pendukung vokal eksplorasi luar angkasa.
Ilmuwan eks-Nazi lainnya yang turut terlibat dalam program luar angkasa adalah Kurt Debus, mantan anggota SS yang kemudian menjadi direktur pertama Kennedy Space Center. Ada juga Hubertus Strughold, yang merintis penelitian di bidang kedokteran luar angkasa. Namun, setelah kematiannya, ia dikritik karena pernah terlibat dalam eksperimen medis terhadap tahanan kamp konsentrasi saat masih berada di Jerman.
Kontroversi
Operasi Paperclip menuai kontroversi karena proses seleksi yang longgar terhadap ilmuwan eks-Nazi. Beberapa ilmuwan seperti Georg Rickhey dan Arthur Rudolph terlibat dalam kejahatan perang, namun tetap direkrut dan diberi posisi penting di Amerika.
Rickhey sempat diadili di Jerman namun dibebaskan, sementara Rudolph menghindari pengadilan dengan meninggalkan AS dan melepaskan kewarganegaraannya.
Warisan Operasi Paperclip masih diperdebatkan. Sejarawan Brian Crim menyebut kontribusi ilmuwan tersebut bagi sains Amerika kerap dibesar-besarkan. Program ini juga menimbulkan dilema etika karena memberi keuntungan besar pada eks-Nazi. Pertanyaan tentang apakah sains benar-benar netral secara moral masih terus diperdebatkan hingga kini.
Pengendalian api oleh manusia purba merupakan teknologi yang sangat penting yang memungkinkan evolusi manusia berkembang dengan cepat. Api menyediakan sumber kehangatan, penerangan, dan perlindungan dari predator (terutama di malam hari). Api memungkinkan penciptaan alat berburu yang lebih canggih, dan juga metode untuk memasak makanan. Kemajuan budaya ini memungkinkan penyebaran geografis manusia, inovasi budaya, dan perubahan pada pola makan dan perilaku. Selain itu, menciptakan api memungkinkan aktivitas manusia berlanjut hingga larut malam dan dalam iklim yang lebih dingin.
Bukti paling awal tentang penggunaan dan pengendalian api adalah berupa "jejak mikroskopis abu kayu" oleh Homo erectus dari masa 2 juta tahun yg lalu. Sementara bukti paling awal penggunaan api untuk memasak ditemukan dari masa 1,8 juta tahun yg lalu.
Jaguar33 dikenal karena tingkat kemenangan (RTP) yang tinggi. Banyak member setia menyebut situs ini sebagai tempat gacor karena sering memberikan jackpot dan kemenangan besar. Game-game populer seperti Gates of Olympus, Sweet Bonanza, dan Starlight Princess tersedia dan sering jadi langganan cuan.
Jaguar33 bekerja sama dengan provider ternama seperti:
Pragmatic Play
Habanero
PG Soft
Microgaming
Spadegaming
Joker123
Dengan banyaknya pilihan ini, pemain tidak akan pernah kehabisan hiburan.
Setiap member Jaguar33 berkesempatan mendapatkan berbagai jenis bonus seperti:
Bonus New Member hingga 100%
Bonus Harian dan Cashback Mingguan
Event Turnamen Slot Berhadiah Jutaan Rupiah
Bonus Referral Aktif Seumur Hidup
Jaguar33 menyediakan layanan Customer Service profesional yang siap membantu Anda 24 jam setiap hari melalui live chat, WhatsApp, dan Telegram.
Didukung oleh berbagai metode transaksi seperti bank lokal, e-wallet (Dana, OVO, GoPay), dan pulsa tanpa potongan, Jaguar33 menjamin proses deposit dan withdraw cepat hanya dalam hitungan menit.
Kunjungi situs resmi Jaguar33.
Klik tombol “Daftar” dan isi formulir pendaftaran dengan benar.
Lakukan deposit pertama Anda.
Pilih game favorit Anda dan mulai bermain!
Proses pendaftaran sangat mudah dan hanya memerlukan waktu kurang dari 2 menit.
Jaguar33 bukan hanya sekadar situs slot biasa, tapi platform terpercaya yang memberikan pengalaman bermain slot online terbaik bagi pemain di Indonesia. Dengan kombinasi antara game gacor, bonus menarik, dan pelayanan terbaik, tidak heran jika Jaguar33 layak menyandang predikat sebagai situs slot gacor terbaik di Indonesia.