PAJAK DAN PERATURAN YANG DI NILAI MEMBERATKAN WARGA KOLONI AMERIKA
Ave Neohistorian!
Selama Inggris diperintah oleh George III, parlemen kerap mengeluarkan berbagai jenis pajak dan peraturan yang dinilai memberatkan oleh warga koloni Amerika.
Misalnya, pajak terhadap komoditas gula, serta surat cukai untuk surat kabar, pamflet, lisensi, bahkan dadu dan kertas judi. Hal itu mengakibatkan naiknya harga pembuatan benda-benda tersebut, karena harus dibubuhi pita cukai sebagai bukti telah membayar pajak.
Juga, Inggris mengeluarkan Undang-Undang Mata Uang 1746, yang menekankan bahwa wilayah koloni dilarang untuk mencetak dan menggunakan mata uang sendiri. Akibatnya, pihak koloni, yang sempat mencetak uang sendiri, harus menghadapi inflasi.
Namun, jenis peraturan yang akhirnya memicu pecahnya Revolusi di Amerika adalah pajak teh. Pajak tersebut dikenakan terhadap ekspor dan impor teh di wilayah koloni Amerika, guna mengambil keuntungan dan mengamankan persediaan teh bagi Inggris di gudang-gudang London.
Bahkan, Inggris punya ide nakal, yakni teh kolonial yang baru sampai sebagian dikapalkan kembali ke wilayah koloni sebagai barang impor sehingga Inggris kembali mendapatkan pajak dari hal itu.
Dari perspektif Inggris, Amerika justru terlalu manja karena memprotes regulasi tersebut. Pertama, selama 150 tahun, Inggris terlalu lunak terhadap Amerika, bahkan pajak di Amerika lebih kecil ketimbang di Inggris.
Kedua, jika Inggris memberikan kursi parlemen kepada koloni Amerika, ia dapat diintegrasikan dengan Inggris. Itu berarti pajak yang lebih mahal.
Terakhir, Pajak tersebut diberlakukan untuk membayar tentara yang melindungi Amerika selama Perang Tujuh Tahun.
Di sisi lain, bagi Amerika, masalah utamanya bukan pada nominal pajak, melainkan pada hak politik dan prinsip kedaulatan. Mereka tidak memiliki perwakilan di parlemen Inggris sehingga aturan yang diterapkan pada mereka terkesan sewenang-wenang.
JAGUAR33 : SITUS SLOT GACOR TERBAIK DI INDONESIA
Misalnya, pajak terhadap komoditas gula, serta surat cukai untuk surat kabar, pamflet, lisensi, bahkan dadu dan kertas judi. Hal itu mengakibatkan naiknya harga pembuatan benda-benda tersebut, karena harus dibubuhi pita cukai sebagai bukti telah membayar pajak.
Juga, Inggris mengeluarkan Undang-Undang Mata Uang 1746, yang menekankan bahwa wilayah koloni dilarang untuk mencetak dan menggunakan mata uang sendiri. Akibatnya, pihak koloni, yang sempat mencetak uang sendiri, harus menghadapi inflasi.
Namun, jenis peraturan yang akhirnya memicu pecahnya Revolusi di Amerika adalah pajak teh. Pajak tersebut dikenakan terhadap ekspor dan impor teh di wilayah koloni Amerika, guna mengambil keuntungan dan mengamankan persediaan teh bagi Inggris di gudang-gudang London.
Bahkan, Inggris punya ide nakal, yakni teh kolonial yang baru sampai sebagian dikapalkan kembali ke wilayah koloni sebagai barang impor sehingga Inggris kembali mendapatkan pajak dari hal itu.
Dari perspektif Inggris, Amerika justru terlalu manja karena memprotes regulasi tersebut. Pertama, selama 150 tahun, Inggris terlalu lunak terhadap Amerika, bahkan pajak di Amerika lebih kecil ketimbang di Inggris.
Kedua, jika Inggris memberikan kursi parlemen kepada koloni Amerika, ia dapat diintegrasikan dengan Inggris. Itu berarti pajak yang lebih mahal.
Terakhir, Pajak tersebut diberlakukan untuk membayar tentara yang melindungi Amerika selama Perang Tujuh Tahun.
Di sisi lain, bagi Amerika, masalah utamanya bukan pada nominal pajak, melainkan pada hak politik dan prinsip kedaulatan. Mereka tidak memiliki perwakilan di parlemen Inggris sehingga aturan yang diterapkan pada mereka terkesan sewenang-wenang.
Penulis: Gian Silitonga
Penyunting: Ema
Referensi:
Krisnadi, I. G. (2015). Sejarah Amerika Serikat. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Wood, G. S. (2002). The American Revolution : a history (Modern library edition). Modern Library.
JAGUAR33 : SITUS SLOT GACOR TERBAIK DI INDONESIA
Komentar
Posting Komentar