Paskah

 JAGUAR33,NEWS


Resurrection of Christ by Piero della Francesca (by Piero della Francesca, CC BY-NC-SA)
Kebangkitan Kristus oleh Piero della Francesca
Piero della Francesca (CC BY-NC-SA)

Paskah adalah hari raya Kristiani yang merayakan kebangkitan Yesus dari Nazaret tiga hari setelah Ia mati disalibkan oleh gubernur Romawi Pontius Pilatus (sekitar 30 M). Minggu Paskah adalah puncak dari serangkaian kejadian sepanjang minggu yang mendahului kematiannya, yang diperingati setiap tahun pada upacara liturgis yang dikenal sebagai Pekan Suci. Kata ‘Easter’ yang kerap dipakai untuk Paskah bisa jadi terambil dari karya Santo Beda Venerabilis (672-745 M) yang menulis sejarah perpindahan kepercayaan kelompok Anglo-Saxon ke agama Kristen di Inggris (Historia Ecclesiastica Gentis Anglorum). Dalam tulisannya mengenai penanggalan, ia mengklaim bahwa Eostre, sosok dewi kesuburan Anglo-Saxon dan Jerman, merupakan istilah lokal yang digunakan untuk bulan April. Eostre merayakan pembaruan kesuburan setiap musim semi, dan beberapa simbol yang digunakan antara lain telur dan kelinci (keduanya melambangkan konsep zaman dahulu mengenai kesuburan dan pembaruan lingkaran kehidupan).

Konteks Historis

Dimulai dengan injil Markus (sekitar 70 M), seluruh kitab injil menghubungkan penderitaan dan kematian Yesus dari Nazaret, seorang nabi Yahudi yang menyatakan bahwa Allah Israel akan segera mendirikan Kerajaan-Nya di bumi. Disebut pesakh dalam bahasa Ibrani dan pascha dalam bahasa Yunani, Paskah adalah salah satu dari tiga hari raya ziarah wajib dalam Yudaisme kuno. Paskah mengingatkan kembali mengenai cerita perbudakan orang Yahudi di Mesir ketika Tuhan membawa mereka keluar dari penindasan Pharaoh (seperti yang terdapat pada Keluaran 12). Sebagai tulah kesepuluh dan terakhir untuk Mesir, Tuhan mengirimkan malaikat maut di tengah orang-orang Mesir “untuk membunuh tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir”. Untuk melindungi diri mereka, orang-orang Ibrani harus menyembelih domba dan menyapukan darahnya di ambang pintu rumah mereka. Kitab Keluaran berisi perintah bahwa orang-orang Ibrani harus memperingati dan merayakan ini setiap tahun. Domba disembelih pada tanggal 14 bulan Nisan dan dimakan pada tanggal 15. Orang Yahudi mengikuti kalender candra sehingga perayaannya tidak selalu jatuh di hari yang sama setiap tahun.

Kebangkitan Yesus dirayakan sebagai peristiwa paling penting dalam kehidupanNya.

Dalam perayaan inilah Yesus dieksekusi oleh Roma. Setelah kematian-Nya, tubuh-Nya diletakkan di kubur dekat tempat kematian-Nya. Pengikut-pengikut-Nya yang perempuan pergi ke kubur pada hari Minggu pagi namun menemukan bahwa tubuhnya sudah tidak ada. Pengikut-pengikut-Nya menyatakan bahwa Ia telah dibangkitkan dari kematian oleh Tuhan. Peristiwa utama kebangkitan inilah yang dirayakan sebagai peristiwa paling penting dalam hidup Yesus. Natal tidak dirayakan hingga kaisar Roma Konstantin I berpindah keyakinan pada 312 M.

Para pengikut Yesus membawa pesan-Nya ke kota-kota di Kekaisaran Romawi Timur, di mana jumlah orang-orang bukan Yahudi tak lama kemudian melebihi pengikut Yahudi. Bagi orang bukan Yahudi, cerita mengenai tuhan yang mati dan bangkit sudah cukup akrab di telinga mereka. Ada kultus-kultus warga asli yang dikenal sebagai “kultus-kultus misterius” yang membutuhkan ritual inisiasi secara rahasia. Yang paling besar terpusat pada dewa-dewi seperti Demeter dan Dionisus yang mengalami kematian namun dibangkitkan kembali.

Penanggalan Paskah

Salah satu tulisan terawal mengenai Paskah berasal dari Melito (meninggal 180 M), Uskup Sardis di Turki Barat. Ia menulis sebuah homili, On the Pascha (Mengenai Paskah), yang disampaikan di suatu waktu antara 160 dan 170 M. Melito menggabungkan tradisi Yudaisme dengan latar belakang pendidikan filosofi Yunani-nya dalam pembahasannya mengenai kehidupan Yesus dan memahami peran Yesus di dunia. Tanpa adanya otoritas pusat, salah satu perselisihan pendapat terawal yang timbul adalah mengenai waktu perayaan Paskah. Hal ini dikenal sebagai kontroversi Kuartodesiman (bahasa Latin “ke-14”). Apakah pengikut Yesus harus merayakan Paskah di tanggal ke-14 bulan Nisan seperti orang Yahudi atau memiliki praktiknya tersendiri?

Melito mengusulkan bahwa perayaan tersebut mengikuti praktik Paskah Yahudi di tanggal ke-14 bulan Nisan, yang dipraktikkan di Provinsi Asia (Turki di zaman modern). Hal ini bertentangan dengan pengajaran dan praktik di Aleksandria dan khususnya Roma. Uskup Viktor dari Roma (meninggal 199 M) menolak untuk mengikuti praktik Yahudi dan berusaha melakukan ekskomunikasi pada uskup-uskup yang tidak setuju dengannya. Beberapa pertemuan diselenggarakan untuk membahas perkara tersebut, namun selisih pendapat antar gereja terus berlanjut hingga Konsili Nicea yang dicetuskan Konstantin Agung pada 325 M. Ditetapkan bahwa Paskah perlu dirayakan secara terpisah dari perhitungan Yahudi, dirayakan pada tanggal yang sama di seluruh Kekaisaran Romawi, dan selalu jatuh pada hari Minggu. Konstantin menyarankan gereja untuk mengikuti praktik di Roma dan Aleksandria.


First Council of Nicaea
Konsili Pertama Nicea
Jjensen (Public Domain)

Selama ribuan tahun, orang Mesir mengikuti kalender surya yang juga memperhatikan ekuinoks musim semi dan musim gugur. Perhitungan ini diadopsi oleh Julius Caesar (100-44 SM) untuk Roma pada abad ke-1 SM. Butuh waktu dan beberapa konferensi untuk membangun kesesuaian di seluruh Kekaisaran Romawi. Misionaris Kristiani yang bepergian ke Inggris dan Irlandia menemukan perhitungan yang berbeda. Pada 1582 M, Gereja Katolik di barat memakai kalender Gregorian di bawah kepemimpinan Paus Gregorius XIII. Kalender ini menetapkan bahwa satu tahun matahari terdiri dari 365,2425 hari dengan penyesuaian setiap empat tahun. Akhirnya, Kekristenan Barat memakai ketetapan yang dipakai saat ini: Paskah dirayakan pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama pertama setelah ekuinoks musim semi; jadi terkadang, Paskah Kristiani bertepatan dengan Paskah Yahudi dan kadang tidak. Banyak gereja Ortodoks Timur yang tetap memakai tanggalan Julian, yang memperingati Paskah pada tanggal yang berbeda.

Masa Prapaskah

Masa Prapaskah diperingati 40 hari sebelum Paskah dengan doa, penebusan dosa, amal, dan penyangkalan diri. Salah satu tujuannya adalah membantu orang yang memperingatinya untuk memahami penderitaan Yesus. Asal mula kebiasaan ini tidak diketahui, tapi beberapa teori mencetuskan pengenalan kebiasaan ini pada Konsili Nicea serta tradisi puasa Yahudi sebagai ritual pertobatan (seperti pada Yom Kippur). Jangka waktu tersebut juga berhubungan dengan lama pencobaan Yesus di gurun (40 hari dan 40 malam).

Kesukariaan pada Selasa Gemuk dipahami sebagai satu ekstrem terakhir sebelum penyangkalan diri pada 40 hari berikutnya.

Sebelum masa Prapaskah, terdapat Selasa Gemuk. Dalam bahasa Inggris, Selasa ini disebut pula Shrove Tuesday, di mana kata shrove berasal dari kata yang berarti ‘membebaskan’, dan seseorang perlu diampuni dari dosa-dosa masa lalu sebelum masa Prapaskah dimulai. Pada Selasa Gemuk, kebiasaan yang berkembang meliputi ‘menghilangkan’ telur, lemak, dan mentega ‘dari rumah’, yang dianggap suatu kemewahan yang perlu dipasrahkan pada masa Prapaskah. Maka dari itu, banyak budaya yang mengembangkan resep-resep yang tidak memakai ketiga bahan ini, terutama pancake, sehingga muncul istilah dalam bahasa Perancis Mardi Gras (“Selasa Lemak”). Di banyak negara, pada hari tersebut, diselenggarakan parade dengan tokoh-tokoh bertopeng, nyanyian, dan tarian. Kesukariaan pada Selasa Gemuk dipahami sebagai satu ekstrem terakhir sebelum penyangkalan diri pada 40 hari berikutnya.


Masa Prapaskah dimulai pada Rabu Abu. Rabu Abu merupakan hari puasa, dan elemen abu diambil dari konsep Yahudi kuno tentang abu yang menjadi tanda perkabungan. Asal mula kebiasaan ini tidak pasti, namun kita mengetahui bahwa pada abad ke-2 M, Uskup Tertullian (160-225 M) mengklaim bahwa pengakuan dosa perlu ditandai dengan berbaring di atas kain karung dan abu. Salah satu teks kitab suci yang dibacakan pada hari ini dikutip dari Kejadian 3:19:

“Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.”

Adapun bacaan Injilnya diambil dari Matius 6:16-21:

“Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa… Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”

Akan tetapi, pembacaan dan tata cara ini tampaknya melampaui maksud asli dari bacaan tersebut. Orang-orang percaya secara fisik diberi tanda dengan abu pada dahi mereka.

Liturgi Paskah

Selama berabad-abad, liturgi Paskah dikembangkan oleh gereja sebagai peringatan dan 'peragaan ulang' akan peristiwa-peristiwa Paskah. Bentuk liturgi yang diambil dari kisah dalam Injil dikenal sebagai Kisah Sengsara, yang menyoroti penderitaan dan penganiayaan Yesus pada hari-hari terakhir hidup-Nya di bumi. Minggu Sengsara dimulai pada hari Minggu sebelum Paskah dan mengingat kembali datangnya Yesus ke Yerusalem dengan meriah, di mana orang-orang menyambut Yesus sebagai keturunan Raja Daud dengan memotong cabang-cabang pohon palem dan melambaikannya sembari mengucapkan bagian-bagian dari Mazmur Yahudi. Peserta diberikan cabang pohon palem dan mereka melalui prosesi yang ada di gereja.


Kamis Putih (kata Maundy dalam istilah bahasa Inggris Maundy Thursday berasal dari bahasa Latin untuk ‘firman’) dipahami sebagai peringatan akan cerita yang hanya ditemukan dalam kitab Injil ke-empat, yakni Injil Yohanes. Dalam cerita tersebut, Yesus memberikan perintah baru untuk menunjukkan kasih melalui tindakan, yakni ritual mencuci kaki. Kamis Putih juga memperingati apa yang dikenal sebagai Perjamuan Terakhir, di mana Yesus mengucapkan serangkaian kata yang di kemudian hari diucapkan sebagai bagian dari ritual komuni. Berdasarkan bukti dari surat-surat Paulus, peragaan ulang akan hal ini (berkumpul bersama untuk mengingat akan Tuhan) merupakan salah satu ritual Kristen paling awal. Seiring berjalannya waktu, ritual ini menjadi pusat ibadah yang dirayakan setiap minggu di gereja-gereja.

The Last Supper
Perjamuan Terakhir
Escarlati (Public Domain)

Gereja-gereja Katolik mengajarkan bahwa pengucapan kata-kata ini oleh seorang imam secara literal mengubah roti dan anggur menjadi “tubuh dan darah Yesus”. Reformasi Protestan menolak gagasan ini namun terus memeragakan ulang ritual tersebut hanya sebagai representasi simbolik. Banyak gereja modern memasukkan baik perjamuan terakhir maupun pencucian kaki dalam liturgi Kamis Putih. Beberapa orang terpilih akan dicuci kakinya oleh para pelayan gereja, dan yang dicuci kakinya biasanya termasuk tunawisma dan orang-orang yang berkekurangan.

Jumat Agung/Via Dolorosa (“Jalan Kesengsaraan”)

Pada Abad Pertengahan, terdapat kebiasaan yang dikembangkan di Yerusalem dan menjadi kebiasaan bagi komunitas Katolik. Pada era Bizantium, tempat-tempat di kota yang terkait dengan Minggu Sengsara mulai dikenal dan prosesi dipimpin oleh umat beriman yang memaknai setiap peristiwa. Prosesi biasanya diakhiri di lokasi Gereja Makam Suci, yang diyakini sebagai tempat kubur Yesus.


Church of the Holy Sepulchre
Gereja Makam Suci
Ondřej Žváček (CC BY-SA)

Tempat-tempat lainnya meliputi Benteng Antonia, di mana Yesus dijatuhi hukuman oleh Pilatus. Terdapat sel-sel penjara di mana Ia dikurung dan tempat-tempat di mana Ia diduga jatuh selama menjalani cobaan-Nya yang berat. Peziarah-peziarah di Yerusalem terus berjalan mengikuti rute ini, terutama di hari Jumat Agung. Pada abad ke-14 M, peragaan ulang peristiwa-peristiwa tersebut diubah dalam bentuk Jalan Salib di gereja-gereja di seluruh dunia. Pada dinding-dinding dalam gedung-gedung gereja Katolik, terdapat gambar-gambar yang menggambarkan masing-masing peristiwa. Pada masa Prapaskah, orang-orang beriman menghadiri ibadah Jumat malam, berhenti di setiap tempat sambil berdoa dengan rosario, seuntai manik-manik yang merupakan pengembangan dari penggunaan tali simpul oleh para biarawan terdahulu untuk memantau doa-doa yang diucapkan.

Di gereja-gereja Katolik, pada sore Jumat Agung, keseluruhan Kisah Sengsara biasanya dibacakan oleh para imam dan kongregasi. Pada abad ke-7 M, Vatikan mengadopsi ritual yang dipraktikkan di Yerusalem, di mana sebagian dari Salib Sejati divenerasi pada Jumat Agung. Sebuah krusifiks (salib dengan pahatan tubuh Kristus) dibuka dan para peserta berlutut dan mencium luka dan kaki Yesus. Denominasi Protestan tidak menaruh tubuh Yesus di salib mereka.

Sabtu Suci

Sabtu Suci dikenal sebagai waktu di mana Yesus ada di dalam kubur. Pada Abad Kuno Akhir dan sepanjang Abad Pertengahan, berkembang literatur yang dikenal sebagai The Harrowing of Hell (Turunnya Yesus ke Neraka). Harrowing merupakan istilah Anglo-Saxon yang berarti “penyerbuan”, seperti “penyerbuan Viking”. Tradisi tersebut mengklaim bahwa pada hari Sabtu, Yesus pergi ke Neraka dan bertarung dengan Iblis untuk mengambil jiwa orang-orang benar. Rupanya, ada kekhawatiran tentang keselamatan sebagian orang-orang terdahulu yang hidup sebelum Kristus menampakkan diri di bumi. The Harrowing of Hell mengklaim bahwa kemenangan Kristus atas Iblis memiliki arti bahwa ketika Ia bangkit dari antara orang mati pada Minggu pagi, jiwa orang-orang benar keluar bersama dengan-Nya, termasuk Adam, Nuh, Abraham (bapa orang Israel), dan para nabi. Pada waktu yang bersamaan, Sokrates, Plato, dan filsuf-filsuf lain juga turut diselamatkan.


The Harrowing of Hell
Turunnya Kristus Ke Neraka
Fra Angelico (Public Domain)

Dalam tradisi Ortodoks, Sabtu Suci ditandai dengan vigili Paskah di tengah malam. Di Gereja Makam Suci di Yerusalem, Patriark Yunani mengumpulkan orang-orang percaya di kubur Yesus. Sang Patriark masuk ke dalam kubur dan keluar dengan lilin yang menyala secara ajaib dan mulai menyalakan lilin-lilin orang lain di keramaian. Dengan membawa lilin-lilin simbol kebangkitan, semua orang kemudian berkeliling sekitar gereja sembari menyanyikan himne-himne.

Minggu Paskah

Minggu Paskah merayakan ditemukannya kubur yang kosong dan deklarasi para malaikat bahwa Yesus telah bangkit. Banyak gereja mengadakan ibadah di luar ruangan, tidak dalam gedung gereja seperti yang biasanya dilakukan.

Pentakosta

Rangkaian ibadah Paskah selesai 40 hari setelah Paskah, yakni pada Hari Kenaikan.

Pentakosta awalnya merupakan perayaan Yahudi, “Hari Raya Minggu-minggu”, yang merupakan perayaan agrikultural sekunder di musim semi. Pente berarti 50, dan Pentakosta dimulai saat matahari terbenam 49 hari setelah Paskah Yahudi. Kisah Kristiani tentang Pentakosta ditemukan dalam kitab Kisah Para Rasul 2 ketika Roh Kudus turun pada murid-murid di Yerusalem dalam bentuk seperti lidah-lidah api. Orang-orang Yahudi yang ada di kota mendengar mereka berkata-kata “menurut bahasa mereka sendiri”. Kisah ini mirip dengan kisah saat Musa turun membawa perintah-perintah kepada tua-tua di Sinai. Tradisi Kristen mengklaim bahwa peristiwa ini merupakan peristiwa di mana Tuhan memberikan perjanjian baru bagi para pengikut Yesus. Maka dari itu, hari itu juga sering disebut sebagai hari lahir gereja.

Rangkaian ibadah Paskah selesai 40 hari setelah Paskah, yakni pada Hari Kenaikan di mana Lukas menulis bahwa Yesus naik ke surga. Tempat kejadian tersebut dihubungkan dengan puncak Bukit Zaitun di Yerusalem.


Kebiasaan-kebiasaan di Hari Paskah

Telur Paskah & Berburu Telur

Selama berabad-abad, beberapa adat budaya ditambahkan ke perayaan Paskah. Hal ini mencerminkan konsep kuno maupun kepercayaan lokal di mana Kekristenan menjadi dominan. Di seluruh Pesisir Laut Tengah purba, telur merupakan simbol kesuburan dan hidup baru. Dalam lukisan makam Etruria, orang-orang sering digambarkan memegang telur, sehingga telur melambangkan kehidupan setelah kematian. Di Afrika, Sumer, dan Mesir kuno, telur burung unta dicat, diukir, dan ditaruh di makam. Ada beberapa teori tentang bagaimana orang Kristen mulai memakai telur sebagai simbol, namun satu sumber mengatakan bahwa orang-orang Kristen Mesopotamia memberi warna merah pada telur untuk melambangkan darah Yesus. Keluarnya anak burung dari dalam telur juga melambangkan Yesus yang keluar dan meninggalkan kubur yang kosong.

Komunitas Ortodoks, yang cukup dikenal karena hiasan telur Paskah mereka, membawa kebiasaan tersebut ke Balkan dan Rusia. Di Eropa Barat, kita tahu bahwa pada abad ke-17 M, Roma mulai mengadakan pemberkatan khusus pada telur-telur sebagai bagian dari ritual Paskah. Di saat yang bersamaan, pelarangan adanya telur pada masa Prapaskah tentunya menyebabkan surplus jumlah telur, sehingga telur-telur tersebut perlu direbus supaya lebih awet. Namun, kebanyakan teori mengenai keterkaitan telur dengan Paskah di Eropa berhubungan dengan kepercayaan lokal pada dewi Eoster karena telur merupakan salah satu lambang dewi tersebut. Komunitas Katolik dan Protestan membawa tradisi tersebut ke Amerika pada masa kolonial.

Easter Eggs
Telur Paskah
Vladimir Kud (CC BY)

Banyak negara mengembangkan ide berburu telur Paskah, yang cenderung ditargetkan kepada anak-anak. Satu teori mencetuskan bahwa berburu telur Paskah merupakan cerminan dari kegiatan berburu roti matzo yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi pada saat Paskah, namun hal ini masih bersifat spekulatif. Di Amerika Serikat, terdapat kegiatan berburu telur Paskah yang cukup besar yang diselenggarakan oleh keluarga presiden di lapangan Gedung Putih.

Telur Paskah sudah berevolusi dan paling sering terbuat dari cokelat. Bukti pertama adanya praktik ini muncul di masa pemerintahan Louis XIV dari Prancis (memerintah 1643-1715 M). Adapun versi modern telur Paskah terbuat dari plastik berisi permen jeli atau permen berukuran kecil lainnya.

Kelinci Paskah

Banyak yang setuju bahwa karakter Kelinci Paskah berasal dari Jerman dan dibawa ke Amerika oleh imigran-imigran Protestan. Hal ini tercatat dalam About Easter Eggs (Tentang Telur Paskah) oleh Georg Franck von Franckenau pada 1682 M. Di gereja-gereja abad pertengahan Eropa, kelinci sering ditampilkan dalam seni rupa Kristen. Sejak zaman dahulu, kelinci dikenal karena tingkat reproduksinya yang sangat tinggi, sampai-sampai beberapa penulis menganggap mereka hermafrodit atau bisa berkembang biak sendiri. Hal ini tampaknya mengarah pada gagasan bahwa kelinci merupakan simbol kelahiran perawan, yang kemudian dikaitkan dengan Perawan Maria. Selain itu, kelinci juga merupakan lambang dewi kesuburan, Eostre.

Dalam budaya modern, Kelinci Paskah memiliki peranan yang sama seperti Sinterklas. Kelinci Paskah memberi hadiah kepada anak-anak baik dengan meninggalkan keranjang yang penuh pada pagi Paskah. Dan layaknya Natal, Paskah merupakan acara keluarga yang penting, dan momennya dipakai sebagai waktu berkumpul dengan anggota keluarga dan teman-teman.


Komentar

Postingan Populer