Dua Belas Perempuan Terkenal dari Suku Pribumi Amerika

 JAGUAR33.NEWS


Perempuan pribumi Amerika secara tradisional sangat dihormati, baik dalam masyarakat yang menganut garis keturunan ibu (matrilineal) maupun garis keturunan ayah (patrilineal). Secara tradisional, perempuan tidak hanya bertanggung jawab dalam membesarkan anak dan mengurus rumah tangga, tetapi juga menanam dan memanen hasil pertanian, membangun rumah, berdagang, serta memiliki peran dalam pemerintahan.

Portrait of Sacagawea
Potret Sacagawea
Dsdugan (Public Domain)

Sejarah perempuan dari suku-suku atau bangsa-bangsa pribumi Amerika Utara menunjukkan partisipasi penuh mereka dalam kehidupan masyarakat, baik sebagai tetua dan "perempuan tabib", maupun sebagai petani dan pedagang yang terampil. Dalam beberapa kasus, mereka juga berperan sebagai pejuang. Meskipun berburu dan berperang secara tradisional dianggap sebagai domain laki-laki, beberapa perempuan menjadi terkenal karena keberanian dan keahlian mereka dalam pertempuran. Perempuan-perempuan ini, begitu pula yang berkarya dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, seringkali diabaikan karena tidak sesuai dengan paradigma sejarah Amerika yang selama ini diterima masyarakat.

Pocahontas dan Sacagawea adalah dua tokoh perempuan pribumi Amerika Utara yang dikenal oleh non-pribumi. Namun kisah mereka pun telah bercampur atau berbalut dengan legenda dan belum tentu mengandung kebenaran atau fakta. Banyak perempuan pribumi Amerika lainnya yang sama sekali diabaikan, termasuk sebagian besar dari mereka yang tercantum di bawah ini:

  • Jigonhsasee – Iroquois
  • Pocahontas – Powhattan
  • Weetamoo – Wampanoag
  • Glory-of-the-Morning – Ho-Chunk/Winnebago
  • Sacagawea – Shoshone
  • Old-Lady-Grieves-the-Enemy – Pawnee
  • Pine Leaf/Woman Chief – Crow
  • Lozen – Apache
  • Buffalo Calf Road Woman – Cheyenne
  • Thocmentony/Sarah Winnemucca – Paiute
  • Susan La Flesche Picotte – Omaha
  • Molly Spotted Elk/Mary Alice Nelson – Penobscot

Masih banyak lagi yang tidak disebutkan di sini karena mereka lebih dikenal secara luas, seperti aktivis, musisi, dan penulis dari Yankton Dakota, Zitkala-Sa (1876–1938) atau pejuang Cheyenne, Mochi ("Buffalo Calf", sekitar 1841–1881). Ada beberapa tokoh yang tidak dicantumkan di sini, namun layak disebut, seperti aktivis Isabella Aiukli Cornell dari bangsa Choctaw, yang menarik perhatian nasional pada tahun 2018 lewat gaun prom merahnya yang dirancang untuk menyoroti banyaknya perempuan pribumi yang hilang dan dibunuh di seluruh Amerika Utara. Ada pula penyair/aktivis Suzan Shown Harjo dari suku/bangsa Muscogee/Southern Cheyenne. Masih banyak perempuan lainnya yang mendedikasikan diri untuk meningkatkan kesadaran terhadap tantangan yang dihadapi masyarakat pribumi Amerika. Masih banyak pula yang meneruskan perjuangan yang telah dilakukan oleh para tokoh perempuan terdahulu.

Jigonhsasee (sekitar tahun 1142 atau abad ke-15)

Jigonhsasee dikenal sebagai "Ibu Bangsa" dan menetapkan kebijakan bahwa perempuan punya hak memilih kepala-kepala dewan.

Menurut kisah tradisional Iroquois, Jigonhsasee (juga dieja Jikonhsaseh atau Jikonsase) merupakan tokoh penting dalam asal mula Konfederasi Haudenosaunee (Iroquois) yang diperkirakan terbentuk pada abad ke-12 atau ke-15. Ia adalah perempuan dari suku Iroquois yang rumahnya terletak di jalur utama yang dilalui para prajurit ketika pergi dan pulang dari medan perang. Ia dikenal luas karena keramahan serta nasihat bijaknya kepada para prajurit. Sang Peletak Perdamaian (Deganawida) memilihnya untuk membantunya membentuk Konfederasi Iroquois, berdasarkan model keluarga besar yang hidup bersama dalam satu rumah panjang (longhouse). Bersama Hiawatha, visi ini menjadi kenyataan. Jigonhsasee kemudian dikenal sebagai "Ibu Bangsa" dan menetapkan kebijakan bahwa yang memilih kepala-kepala dewan adalah para perempuan. Hal ini demi menjaga perdamaian, bukan peperangan. Gerakan hak pilih perempuan Amerika pada abad ke-19 menjadikan kebebasan dan hak-hak perempuan pribumi Amerika—khususnya dari Konfederasi Iroquois—sebagai contoh dalam memperjuangkan hak-hak serupa bagi mereka sendiri.

Pocahontas (1596–1617)

Pocahontas mungkin adalah perempuan pribumi Amerika yang paling terkenal. Pocahontas sebenarnya adalah nama panggilan masa kecilnya (yang berarti "yang suka bermain"); nama aslinya adalah Amonute ("anugerah") dan kemudian ia mengambil nama Matoaka ("bunga di antara dua aliran sungai"). Kisah hidupnya, sebagaimana yang umum dikenal, lebih banyak dibalut oleh legenda daripada fakta, terutama dalam hal hubungannya dengan Kapten John Smith (1580–1631), yang sering digambarkan secara romantis. Pocahontas sebenarnya baru berusia sekitar 12 tahun saat pertama kali bertemu Smith yang saat itu berusia 27 tahun, dan tidak ada bukti dalam sumber utama yang menunjukkan adanya hubungan mendalam di antara mereka. Kemungkinan besar, ia juga tidak menyelamatkan nyawa Smith seperti yang diklaimnya. Mungkin lebih masuk akal jika ia hanya terlibat dalam suatu ritus simbolik yang disalahartikan oleh Smith. Pocahontas adalah putri dari Wahunsenacah (sekitar 1547–1618), pemimpin Konfederasi Powhatan. Ia menjadi sandera yang bernilai tinggi ketika ia diculik dan ditahan untuk tebusan oleh koloni Henricus dekat Jamestown. Ia akhirnya memeluk agama Kristen dan menikah dengan pedagang tembakau John Rolfe (1585–1622), sebuah pernikahan yang mengakhiri Perang Powhatan pertama. Pocahontas wafat pada tahun 1617, kemungkinan karena tuberkulosis, dalam perjalanan pulang dari Inggris bersama suami dan putranya, Thomas. Dalam kisah bangsa Mattaponi-Pamunkey, ia dikenang sebagai pembawa damai yang bersedia menikahi Rolfe demi mengakhiri konflik antara suku/bangsanya dan para penjajah Inggris.


Statue of Pocahontas
Patung Pocahontas
Matt Brown (CC BY)

Weetamoo (1635–1676)

Weetamoo adalah seorang pemimpin perempuan dari Bangsa Pocasset Wampanoag, istri dari Kepala Suku Wamsutta (1634–1662) dari Konfederasi Wampanoag, dan ipar dari Metacomet (juga dikenal sebagai Raja Philip, 1638–1676). Ia menjabat sebagai kepala perang dalam Perang Raja Philip (1675–1678) dan paling dikenal karena keterlibatannya dalam Serangan Lancaster pada 10 Februari 1676, di mana seorang penjajah bernama Mary Rowlandson (sekitar 1637–1711), yang kemudian terkenal karena narasi penahanannya, ditawan. Rowlandson menggambarkannya sebagai sosok yang mengesankan dengan kepribadian yang berwibawa dan cara berpakaian yang menunjukkan posisinya sebagai pemimpin yang berotoritas. Reputasi Weetamoo sebagai pemimpin pemberani menjadi legenda di kalangan para penjajah, dan setelah kematiannya (karena tenggelam), jenazahnya dipenggal dan kepalanya dipajang sebagai trofi di luar benteng di Taunton, Massachusetts, meskipun pihak tersebut tidak terlibat dalam kematiannya. Ia dikenang oleh suku/bangsanya sebagai pejuang kemerdekaan yang besar dan simbol perlawanan terhadap kebijakan kolonial berupa perampasan tanah serta perbudakan terhadap masyarakat adat.

19th-century Drawing of Weetamoo
Gambar Weetamoo Abad ke-19
John Frost (Public Domain)

Glory-of-the-Morning (1710 – 1832)

Glory-of-the-Morning ("Haboguwiga") adalah satu-satunya kepala suku perempuan dari bangsa Ho-Chunk/Winnebago dan juga tercatat sebagai perempuan pertama yang muncul dalam sejarah Wisconsin, serta salah satu tokoh paling panjang umur dalam sejarah. Ia menikah dengan komandan militer Prancis, Sabrevoir de Carrie, sekitar tahun 1730 dan memihak Prancis dalam Perang Prancis dan Indian. Setelah Carrie tewas dalam pertempuran pada tahun 1760, Glory-of-the-Morning tidak pernah menikah lagi dan terus memimpin bangsanya, serta berhasil merundingkan gencatan senjata yang menguntungkan dengan pihak Inggris setelah kemenangan mereka dalam perang. Ia hidup lebih dari 100 tahun dan wafat setelah ia “dipanggil pulang” oleh Burung Petir, makhluk supranatural yang menaungi klannya. Anak-anaknya meneruskan warisannya dalam menjaga persatuan suku/bangsa serta memperjuangkan hak-hak masyarakat adat.

Sacagawea (1788 – 1812)

Sacagawea sering digambarkan sebagai pemandu dan penerjemah dalam Ekspedisi Lewis & Clark yang terkenal (1804–1806), namun sebenarnya ia merupakan sosok yang sangat penting bagi keberhasilan misi tersebut. Kehadirannya di antara rombongan laki-laki membuat masyarakat adat yang mereka temui merasa tenang, karena kelompok perang tidak akan bepergian bersama seorang perempuan. Selain itu, ia juga menyelamatkan Ekspedisi Lewis & Clark saat perahu mereka terbalik di Sungai Missouri, bernegosiasi untuk mendapatkan kuda dari suku Shoshone, dan memberikan perawatan medis. Sacagawea lahir sebagai warga suku Shoshone, namun diculik oleh suku Hidatsa saat berusia sekitar 12 tahun dan dipaksa menikah dengan penjelajah dan pedagang bulu Prancis, Toussaint Charbonneau, pada usia 13 tahun. Charbonneau kemudian dipekerjakan sebagai pemandu oleh Lewis & Clark, termasuk dirinya dan Sacagawea, dan meskipun ia tidak memiliki pilihan dalam hal ini, Sacagawea sepenuhnya mendedikasikan dirinya untuk keberhasilan ekspedisi tersebut. Menurut catatan sejarah, Sacagawea meninggal karena penyakit yang tidak diketahui pada usia sekitar 24 tahun pada tahun 1812. Namun banyak cerita atau tradisi menyebutkan bahwa ia hidup jauh lebih lama, kembali ke bangsanya dan wafat pada tahun 1884.


Old-Lady-Grieves-the-Enemy (abad ke-19)

Old-Lady-Grieves-the-Enemy adalah seorang perempuan dari suku/bangsa Pawnee. Ia bukan seorang pejuang, namun ia berhasil menggerakkan komunitasnya untuk mempertahankan desa suci Pahaku dari serangan kelompok penyerbu dari suku Ponca dan Sioux. Pahaku (juga dikenal sebagai Pahuk, yang kini terletak di Nebraska modern) dianggap oleh bangsa Pawnee sebagai yang paling sakral di antara lima situs suci yang didirikan oleh Misteri Agung Ti-ra'wa ("Bapa di Atas"), tempat tinggal roh-roh hewan. Situs ini terkenal melalui legenda Pawnee berjudul "Anak Laki-Laki yang Dikorbankan", di mana seorang ayah membunuh anaknya, namun sang anak dihidupkan kembali oleh hewan-hewan di Pahaku. Pada suatu waktu, suku Ponca dan Sioux menyerang Pahaku dengan kekuatan besar sehingga para pria dari desa terdekat, yang seharusnya melindungi tempat suci tersebut, melarikan diri dan bersembunyi. Old-Lady-Grieves-the-Enemy membela Pahaku, melawan kelompok penyerbu seorang diri hingga tindakannya membuat para pria merasa malu dan akhirnya ikut bergabung dengannya untuk mengusir para penyerang. Apa pun nama aslinya sebelum peristiwa tersebut, sejak saat itu ia dikenal dengan nama yang membuatnya terkenal. Ia dikenang di kalangan bangsa Pawnee sebagai tokoh legendaris yang melambangkan keberanian dan perlindungan.

Pine Leaf/Woman Chief (1806–1858)

Pine Leaf (kemungkinan merupakan orang yang sama dengan Woman Chief) adalah seorang pejuang dari suku Crow yang terkenal karena keberanian dan keahliannya dalam pertempuran. Ia lahir sebagai anggota bangsa Gros Ventres, namun diculik oleh kelompok penyerbu dari suku Crow saat berusia sekitar 10 tahun. Dibesarkan oleh suku Crow sebagai bagian dari keluarga mereka, ia menolak peran tradisional perempuan dan mendedikasikan dirinya untuk berburu dan berperang. Hal ini didukung oleh ayah angkatnya yang telah kehilangan putra-putranya. Kemenangan-kemenangannya atas bangsa-bangsa musuh menjadikannya seorang kepala suku, dan Pine Leaf dikenal oleh para penulis Euro-Amerika sebagai Woman Chief, meskipun seorang pedagang bernama James P. Beckwourth menyebutnya dengan nama Pine Leaf. Hal ini membuat banyak cendekiawan masa kini menyimpulkan bahwa Pine Leaf dan Woman Chief adalah orang yang sama. Pine Leaf menolak pekerjaan rumah tangga yang dianggap sebagai "pekerjaan perempuan". Ia menikahi empat perempuan yang mengurus rumah tangga untuknya sementara ia melakukan penyerangan terhadap desa musuh dan mempertahankan wilayah dari penjajah kulit putih. Pine Leaf tewas dalam sebuah penyergapan oleh kelompok penyerbu dari suku/bangsa Gros Ventres dan gugur di tangan kaumnya sendiri.

Drawing of Pine Leaf (Woman Chief) Crow Warrior
Gambar Pine Leaf (Woman Chief), Pejuang Suku Crow
Unknown Artist (Public Domain)

Lozen (1840–1889)

Lozen adalah salah satu pejuang perempuan pribumi Amerika yang paling terkenal, meskipun masih banyak orang yang belum mengenalnya. Ia adalah saudari dari Victorio (1825–1880), kepala suku Warm Springs dari kelompok Chihenne Chiricahua Apache. Ketika pemerintah Amerika Serikat memaksa kelompok ini dipindahkan dari tanah leluhur mereka di New Mexico ke Reservasi San Carlos di Arizona, Victorio memimpin pelarian dan memulai serangkaian serangan di wilayah tersebut. Lozen dikenal sebagai seorang nabi dan peramal yang diyakini mampu menemukan posisi musuh setelah melafalkan doa-doa dan melakukan ritual. Ia juga diakui sebagai pejuang yang tangguh, ikut serta dalam berbagai pertempuran sambil menjaga keselamatan para perempuan dan anak bersama rekannya, Dahteste. Setelah kematian saudaranya dalam pertempuran, ia bergabung dengan Geronimo dalam perlawanan terhadap kebijakan genosida yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat, dan ia ditangkap tak lama setelah Geronimo menyerah. Lozen kemudian dikirim ke Barak Mount Vernon di Alabama sebagai tahanan perang dan meninggal di sana karena tuberkulosis pada tahun 1889.


Buffalo Calf Road Woman (1844–1879)

Menurut cerita suku Cheyenne dan Sioux, Buffalo Calf Road Woman berhasil menjatuhkan Letnan Kolonel George Armstrong Custer dari kudanya.

Buffalo Calf Road Woman (juga dikenal sebagai Brave Woman) adalah seorang pejuang dari suku/bangsa Cheyenne yang terkenal karena menyelamatkan saudaranya dalam Pertempuran Rosebud pada tahun 1876. Pertempuran tersebut kemudian dikenal oleh suku Cheyenne sebagai “Pertempuran di Mana Gadis Itu Menyelamatkan Saudaranya” dan masih dikenang hingga kini. Tidak ada catatan tentang masa mudanya, dan ia hanya dikenal melalui keterlibatannya dalam Perang Sioux Besar tahun 1876–1877. Sembilan hari setelah Pertempuran Rosebud, ia bertempur bersama Crazy Horse dalam Pertempuran Little Bighorn dan, menurut cerita suku Cheyenne dan Sioux, Buffalo Calf Road Woman berhasil menjatuhkan Custer dari kudanya, memaksanya bertarung hingga akhirnya tewas. Setelah penyerahan Cheyenne pada tahun 1877, ia dan kaumnya dipindahkan secara paksa ke “Wilayah Indian” (Oklahoma), dan ia ikut serta bersama keluarganya dalam pelarian dari reservasi yang dikenal sebagai Eksodus Cheyenne Utara, suatu upaya untuk kembali ke tanah leluhur mereka di utara. Buffalo Calf Road Woman meninggal dunia, kemungkinan karena tuberkulosis, di Montana setelah suaminya ditangkap. Ketika mendengar kabar kematiannya, suaminya gantung diri di sel tahanan karena tidak sanggup hidup tanpanya.

Thocmentony/Sarah Winnemucca (1844–1891)

Thocmentony ("Bunga Kerang") adalah seorang aktivis, penulis, dan guru dari bangsa Paiute Utara. Ia adalah putri dari kepala perang Winnemucca dan mengambil nama "Sarah Winnemucca" saat berusia sekitar 14 tahun ketika bekerja sebagai pembantu rumah tangga di kediaman William Ormsby dan keluarganya. Ia fasih berbahasa Inggris dan Spanyol, serta bahasa ibu sukunya. Ia menjadi terkenal berkat bukunya Life Among the Paiutes: Their Wrongs and Claims (1883), autobiografi pertama yang ditulis oleh seorang perempuan pribumi Amerika. Ia adalah pembicara yang populer, menyampaikan pidato-pidato mengenai hak-hak masyarakat adat. Ia juga mendirikan sekolah di Nevada untuk melestarikan serta mengajarkan bahasa dan budaya Paiute. Namun, pemerintah Amerika Serikat menutup sekolah tersebut pada tahun 1887 dan memindahkan para siswa ke sekolah-sekolah asrama yang disponsori negara, yang mendorong asimilasi dan penolakan terhadap bahasa serta tradisi asli mereka. Sarah Winnemucca terus memperjuangkan hak-hak masyarakat pribumi hingga akhirnya pensiun. Ia meninggal karena tuberkulosis di rumah saudara perempuannya di Idaho pada tahun 1891.

Sarah Winnemucca (Thocmentony)
Sarah Winnemucca (Thocmentony)
Unknown Photographer (Public Domain)

Susan La Flesche Picotte (1865–1915)

Susan La Flesche Picotte adalah warga bangsa Omaha serta seorang aktivis sosial dan reformis, yang dikenal sebagai perempuan pribumi Amerika pertama yang meraih gelar kedokteran dan menjalani praktik sebagai dokter. Ia mendukung gerakan anti-alkohol (temperance) dan mendukung aturan yang melarang penjualan dan konsumsi alkohol karena menyadari praktik Euro-Amerika yang sering mengeksploitasi masyarakat adat dalam transaksi tanah dengan membuat mereka mabuk. Setelah lulus dan memperoleh gelar dokternya, ia kembali ke reservasi Omaha dan merawat seluruh komunitas, meskipun secara teknis tanggung jawabnya hanya mencakup para siswa sekolah asrama. Ia adalah saudara dari jurnalis, aktivis, dan penulis terkenal Susette La Flesche (1854–1903), yang dikenal luas melalui tulisan-tulisannya tentang Pembantaian Wounded Knee tahun 1890. Seperti saudarinya, Susan juga merupakan pembela vokal hak-hak masyarakat adat—terutama bagi bangsa Omaha—dengan fokus pada gerakan anti-alkohol, isu-isu terkait transaksi tanah, dan kesehatan masyarakat. Ia meninggal dunia karena kanker tulang pada tahun 1915. Rumahnya di Nevada dilestarikan untuk menghormati jasanya, dan pada tahun 2009, bangunan tersebut dimasukkan ke dalam Daftar Tempat Bersejarah Nasional Amerika Serikat sebagai Rumah Susan La Flesche Picotte.


Susan La Flesche Picotte
Susan La Flesche Picotte
Unknown Photographer (CC BY-NC-SA)

Molly Spotted Elk/Mary Alice Nelson (1903–1977)

Molly Spotted Elk adalah seorang aktris, penari, dan penulis dari suku/bangsa Penobscot yang kemungkinan juga mempelajari seni anyaman keranjang dari ibunya, Philomene Saulis Nelson (1888–1977). Keponakan buyutnya adalah Theresa Secord (lahir 1958), seorang aktivis, seniman, pembuat keranjang, dan ahli geologi. Molly Spotted Elk merupakan nama panggungnya (diberikan oleh suku Cheyenne setelah mereka mengangkatnya sebagai anggota suku). Nama lahirnya adalah Mary Alice Nelson. Sejak usia muda, ia mulai tampil dalam pertunjukan vaudeville dengan membawakan tarian tradisional Penobscot, kemudian berkembang menjadi penyair dan penulis fiksi yang ulung. Ia tinggal di Paris antara tahun 1931 hingga 1934, di mana ia terus tampil di panggung sebelum kembali ke Amerika Serikat dan menetap di New York. Ia sering menghadapi tantangan dari industri hiburan yang ingin memberikan peran-peran stereotip dan memaksanya tampil dengan kostum terbuka. Namun ia tetap setia pada tradisi bangsanya dengan menjaga keakuratan dalam tarian dan busananya. Pada tahun 1938, Molly Spotted Elk kembali ke Paris untuk bersama suaminya, jurnalis Prancis Jean Archambaud, namun terpaksa melarikan diri saat Nazi menginvasi pada tahun 1940. Ia menyeberangi Pegunungan Pyrenees bersama putrinya ke Spanyol, lalu kembali ke Amerika Serikat. Ia wafat di Reservasi Penobscot Indian Island di Maine pada Februari 1977.

Kesimpulan

Semua perempuan ini, dan banyak lainnya, telah memberikan kontribusi yang sangat berarti terhadap budaya dan tradisi bangsa mereka, serta meninggalkan jejak penting dalam sejarah nasional dan dunia. Daftar lengkap tokoh perempuan pribumi Amerika yang patut dikenang akan sangat panjang, dan memang telah ditulis dalam berbagai karya, termasuk pejuang perempuan Apache seperti Gouyene (1857–1903) dan Dahteste (1860–1955), yang juga dikenal sebagai ahli bahasa yang berbakat, serta Ehyophsta (1826–1915) dari bangsa Cheyenne, yang bertempur bersama Roman Nose dalam Pertempuran Beecher Island tahun 1868. Tokoh-tokoh terkenal lainnya termasuk penari balet utama dari suku Osage, Maria Tallchief (1925–2013), serta para penulis Ojibwe, Louise Erdrich dan saudarinya Heid E. Erdrich.

Maria Tallchief
Maria Tallchief
Unknown Photographer (Public Domain)

Para perempuan ini memang dikenal luas, namun masih banyak lainnya—baik di masa lalu maupun sekarang—yang diculik dan dibunuh, dengan nama dan kehidupan mereka terlalu sering diabaikan oleh lembaga sipil dan aparat penegak hukum. Perempuan pribumi Amerika masa kini telah membentuk berbagai organisasi untuk meningkatkan kesadaran akan permasalahan ini serta melindungi perempuan dari para pelaku kekerasan.


Kelompok Matriarch yang dipimpin oleh Isabella Aiukli Cornell, bersama organisasi lain seperti Missing and Murdered Indigenous Women (MMIW), mencatat statistik yang mengkhawatirkan terkait hilangnya dan kekerasan terhadap perempuan Pribumi Amerika. Situs Native Hope mencatat:

Pusat Informasi Kejahatan Nasional (National Crime Information Center) melaporkan bahwa pada tahun 2016 terdapat 5.712 laporan perempuan dan anak perempuan dari suku Indian Amerika dan Alaska yang hilang, namun basis data federal milik Departemen Kehakiman AS, NamUs, hanya mencatat 116 kasus. (1)

Kesadaran yang lebih besar terhadap adanya penculikan dan pembunuhan terhadap perempuan pribumi sangat diperlukan untuk membantu menghentikan tragedi ini. Perjuangan para perempuan pribumi Amerika di masa lalu dapat menjadi sumber inspirasi. Para tokoh perempuan masa lalu yang berjuang melawan berbagai rintangan demi hak untuk hidup bebas kini menjadi panutan bagi generasi masa kini.


SITUS JUDI SLOT ONLINE TERAMAN DAN TERPERCAYA

Komentar

Postingan Populer